1. Perdagangan Asia di ZamanKuno
Semenjak zaman purbakala Indonesia telah
mempunyai perhubungan dagang dengan India dan Tiongkok. Pada zaman purbakala di
Asia terdapat dua jalan perniagaan besar, yaitu yang melalui darat dan melalui
laut.
Jalan darat disebut jalan sutera, mulai di Tiongkok, melalui Asia
Tengah dan Turkestan sampai Laut Tengah sedang jalan ini berhubungan juga
dengan jalan-jalan kafilah dari India. Perhubungan darat antara Tiongkok dan
India dengan Eropa sudah terkenal semenjak tahun 500 sebelum masehi. Jalan
darat ini adalah jalan yang paling tua.
Jalan melalui
laut ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui Selat Malaka ke India : dari
sini ada yang lalu ke Teluk Persia, melalui Syria ke Laut Tengah, ada yang ke
Laut Merah, melalui Mesir dan sampai juga di Laut Tengah.
Perhubungan
laut antara Laut Merah, India dan Tiongkok ini barangkali mulai lazim dilalui
dalam abad pertama sesudah Masehi. Coedes mengemukakan beberapa sebabnya, yaitu
pertama di zaman itu permintaan barang-barang kemewahan dari Tiongkok sangat
besar. Kaum moralis (para ahli kesusilaan) di Roma pada waktu itu berkeluh
tentang kemewahan yang makin meningkat. Rupa-rupanya permintaan emas oleh India
pada waktu itu berpindah ke daerah-daerah sebelah Timur nya, oleh karena
Siberia yang tadinya menjadi sumber emas tidak dapat lagi mengirimkannya, sebab
jalan-jalan kafilah disana rusak semua sebagai akibat perpindahan bangsa-bangsa
secara besar-besaran. Ketiga : pelajaran India dan Tiongkok pada waktu itu
sudah baik, berkat adanya kapal-kapal laut besar (yaitu djung-djung) yang bisa
mengangkut 600 hingga 700 orang.
Djung-djung ini menyebabkan suatu revolusi dalam lapangan pelajaran pada
waktu itu. Keempat : penyebaran agama Budha menghilangkan system kasta-kasta
serta prasangka-prasangka kebangsaan yang tadinya menghalang-halangi perniagaan
dengan bangsa asing. Dalam abad pertama ini telah cukuplah syarat-syarat
ekonomi, teknis dan sosiologis yang perlu untuk mengembangkan perdagangan
didaerah-daerah pantai Asia Selatan.
Mungkin perdagangan laut antara India,
Tiongkok dan Indonesia telah dimulai dalam abad pertama sesudah Masehi,
demikian pun juga perhubungan antara Indonesia dengan daerah-daerah dibarat
melalui India. Diwaktu itu rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus dan kemenyan
dari Indonesia telah sampai di Indiadan di Kekaisaran Romawi. Juga
pengaruh-pengaruh kebudayaan tersebar melalui jalan perdagangan ini.
Pelaut-pelaut, saudagar dan emigrant dari India diikuti oleh pendeta-pendeta
Hindu yang didatangkan oleh raja-raja Indonesia dan ditempatkan di ember-keraton
mereka sebagai penasehat. Dengan demikian Hinduisme tersebar ke Timur, meliputi
Asia Tenggara. Dalam abad kedua dan abad-abad selanjutnya pengaruh kebudayaan
Hindu makin menjadi kuat, kadang-kadang meningkat tinggi dan kadang-kadang
berkurang, dan bisa mempertahankan diri selama kurang lebih seribu tahun hingga
kedatangan agama islam di India pada kurang lebih tahun 1200.
Di Indonesia
pengaruh Hindu yang paling kuat adalah di Pulau Jawa dan Bali. Pengaruh Hindu antara
lain mengakibatkan adanya pendewaan raja-raja, bertambah besarnya perbedaan antara
golongan masyarakat berdasarkan keagamaan, pembikinan candi-candi dan
perkembangan bahasa serta kesusasteraan. Pada umumnya masyarakat mulai bercorak
aristokratis. Perhubungan antara Indonesia dan India dapat dikatakan
berlangsung secara damai, oleh karena India boleh dibilang tidak pernah
mempunyai angkatan laut dan tak pernah mengejar kekuasaan dilaut. Perhubungan
antara Indonesia dan Tiongkok boleh dibilang berlangsung secara damai.
Pada zaman
Kekaisaran Romawi, pada permulaan tahun Masehi, telah terdapat ember
perhubungan perniagaan yang luas menghubungkan Asia Selatan dengan Laut Tengah.
Eropa tadinya juga termasuk pada dunia perniagaan akan tetapi perhubungan
dengan Eropa Barat lalu terputus akibat perpindahan bangsa-bangsa secara
besar-besaran yang menyebabkan keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat dalam abad
ke-5 sesudah masehi, serbuan bangsa nomad dan penaklukan oleh tentara Islam.
Peperangan ini menyebabkan seluruh Laut Tengah dikuasai oleh orang – orang
Islam, sehingga Eropa Barat dari abad ke-7 hingga abad ke-11 terputus sama
sekali perhubungan perniagaannya dengan Asia. Eropa lalu terasing,
perdagangannya ember hilang seluruhnya dan ia kembali kepertanian.
System
peminjaman tanah (leenstelsel) mulai timbul. Kaum tani yang hidup didusun diwajibkan
menyerahkan hasil bumi serta bekerja rodi untuk kaum bangsawan. Diwaktu itu
Eropa sedang mengalami proses feodalisasi. Eropa Barat, di Kekaisaran Romawi
Timur (Byzantium di Eropa Timur) dan dinegara kalifat Islam, serta di India dan
Tiongkok, dunia perniagaannnya masih tetap. Kehidupan ekonomi dinegeri ini
lebih tinggi derajatnya daripada di Eropa Barat dimasa raja Karel Akbar (tahun
800 sesudah masehi). Baru sejak abad ke-12 perdagangan dan lalu lintas di Eropa
barat mulai hidup kembali.
Sifat yang
paling utama dari perdagangan Asia dizaman kuno adalah adanya dua golongan pedagang,
yaitu pertama, golongan orang kaya, kaum hartawan, yang memasukkan uangnya
dalam suatu usaha perdagangan secara isidentil, artinya untuk satu pesanan,
misalnya untuk satu perjalanan saja. Kedua adalah golongan saudagar kelontong,
golongan pedagang, keliling. Mereka disebut pedagang kelontong karena mereka
ikut berkeliling dengan barang dagangan mereka.
Golongan pertama memberi uang kepada golongan
kedua dan terdiri dari orang atau badan-badan. Golongan kedua yang terdiri dari
saudagar kelontong, mereka berdagang keliling keluar negeri dan hanya membawa
barang sedikit, cukup untuk diangkut sendiri. Barang-barang perdagangan
mengelilingi setengah dunia, sehingga perdagangan bersifat perniagaan dunia.
Tetapi saudagar-saudagar tadi tidak mengurus seluruh pengangkutan dari daerah
produksi hingga didaerah konsumsi. Di India juga terdapat golongan saudagar
kelontong yang menguasai perdagangan. Seringkali penguasa pemerintah disana
mencampuri jalannya perdagangan dengan pemungutan bea dan mengadakan “paksaan
menimbun barang”. Mereka juga memaksakan suatu hak beli utama terhadap
barang-barang yang baru dating dari luar negeri. Saudagar ini kadang-kadang
juga mengeksploitir pekerja tangan, system semacam ini disebut system Verlag,
(Verlag berarti persekot, uang muka). Sejak dahulu kala yang sangat penting
dalam perniagaan India adalah ekspor katun (kapas) dan kain-kain halus.
Organisasi industri yang paling baik waktu itu ialah “system Verlag”.
Keadaan Mokka pada abad ke-17 yaitu suatu kota
pelabuhan dinegeri Arab yang selalu disinggahi oleh kapal-kapal dagang. Dikota
ini terdapat perdagangan barang-barang kelontong dan saudagar bangsa asing yang
membawa istri dan anak-anaknya keperantauan. Perdagangan dikuasai oleh wali
negeri di Mokka. Ia mempunyai hak beli utama dan mengadakan paksaan menimbun.
Ada juga perdagangan penduduk Mokka terutama bersifat perdagangan kala. Kota
Mokka abad ke-17 sangat menyerupai kota Makala pada tahun 1931, yaitu kota
pelabuhan yang terpenting dari negeri Hadhramaut diArabia Selatan. Makala
adalah suatu kesultanan pelabuhan yang daerahnya kecil dan terutama hidup dari
perdagangan.
Perdagangan
dizaman kuno adalah suatu perdagangan internasional yang melalui pantai dan
pelabuhan, maka perdagangan menurut Van Leur diibaratkan sebagai “benang emas
halus disepanjang pantai”. Sejarah telah mengenal banyak macam kapitalisme.
Bentuk pokok kapitalisme ada dua yaitu kapitalisme modern dan kapitalisme
perdagangan. Dizaman kapitalisme perdagangan dahulu, capital tidak mempunyai
peranan yang penting seperti sekarang, sedang permintaan dan penawaran belum bersifat
missal seperti pada masa ini.
2. Perdagangan Indonesia di
Zaman Kuno
Van Leur berpendapat, bahwa
perdaganganIndonesia dizaman kuno ini diselenggarakan oleh kedua golongan
saudagar yaitu saudagar kelontong dibawah pengawasan raja dan kepala negeri. Salah
satu kunci untuk memperoleh pengertian dalam seluk beluk perdagangan Asia dan
Indonesia dizaman kuno ialah kedudukan raja-raja serta kepala negeri yang
sangat penting. Perdagangan Indonesia sudah terkenal dari sejarah kuno, yaitu
dari Sumatera Tengah abad kelima dan keenam dan dari kerajaan Melayu-Hindu
Sriwijaya yag berkembang disekitar Palembang abad ketujuh hingga abad ke-14.
Kekuasaan serta kekayaan kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh perdagangan
internasional melalui Selat Malaka, berhubungan dengan jalan raya perdagangan
internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa yang sejak paling sedikit
limabelas abad lamanya mempunyai arti penting dalam sejarah. Srijaya adalah
pusat perdagangan penting yang pertama pada jalan raya ini kemudian diganti
kota dan terakhir oleh “Batavia, Jakarta dan Singapura”. Kapal-kapal yang lewat
diwajibkan Sriwijaya singgah dipelabuhannya, dengan demikian kerajaan
mengadakan “paksaan menimbun barang”. Disamping Sriwijaya muncul Negara-negara
Jawa terutama di Jawa Tengah dan Timur, tetapi struktur kerajaan ini lain
dengan Sriwijaya. Titik beratnya tidak terletak dipantai melainkan didaerah
pedalaman. Sejak dahulu kala penduduk pulau Sumatera sedikit dibandingkan
dengan pulau Jawa. Di Indonesia sejak dahulukala, kekuasaan kenegaraan berada
ditangan raja-raja dan kaum bangsawan. Perdagangan kelontong, dalam hubungan
kenegaraan, tergantung dari raja-raja dan kaum bangsawan. Tahun 900 sesudah
masehi terdapat perniagaan cengkih, buah pala dan kayu cendana. Dizaman kuno
sudah ada perdagangan di Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil yang menghasilkan
barang-barang hasil bumi.
Di Jawa sejak abad ke-9, titik berat
terletak di Jawa Timur. Abad ke-11, dibawah Raja Erlangga, diadakan persiapan
untuk keperluan perdagangan laut:aliran hilir. Kali Brantas diperbaiki. Ada
pedagang bangsa asing yang berdiam di Jawa, seperti bangsa Keling, Drawida,
Singal, Pegu dan Camboja, India Selatan, Sailan, Birma dan Hindia Belakang. Ada
tanda-tanda yang menyatakan bahwa Tuhan dalam abad ke-11 mempunyai perdagangan
laut. Abad ke-12 kapal-kapal dagang Jawa dan Sumatera sampai di Annam (Hindia
Belakang). Di Jawa pada masa itu telah terdapat peredaran uang yaitu uang emas
dan perak. Tahun 1200 negeri-negeri diluar Tiongkok yang paling kaya adalah
negeri Arab, Jawa dan Sumatera. Pada saat itu kerajaan Kediri telah mengalahkan
kebesaran Sriwijaya. Kemunduran pengaruh Hindu ini menyebabkan sifat-sifat
kejawaan bertambah kuat. Kebudayaan Hindu-Jawa sebelum tahun 1200 bertitik
berat pada “kehinduan” sedang sesudah itu bertitik berat pada “kejawaan”.
Kerajaan sesudah Kediri yaitu Kerajaan Singosari (1222-1291) dan Majapahit
(1293 - +1500) yang terpokok adalah anasir kejawaan. Tahun 1154
perdagangan Sriwijaya dengan daerah Pantai Timur Afrika. Saudagar-saudagar Sumatera
mengambil besi dari Sofala yang didagangkan terus ke India.
Akhir abad ke-13 pergulatan antara
Sriwijaya dan Jawa Timur mengenai kekuasaan di Indonesia mulai berkobar. Tahun
1275 pamalayu dimulai, yaitu suatu ekspedisi perang dari Jawa Timur ke Sumatera
dengan membawa panji-panji merah dan putih. Tahun 1286 sebuah Negara Melayu
yaitu Negara takluk kerajaan Jawa kemudian mengalahkan kerajaan Sriwijaya.
Tahun 1300 Sriwijaya kehilangan genting tanah Kra yang direbut oleh raja Siam.
Tahun 1325 peranan sriwijaya sebagai suatu pusat internasional sudah berakhir.
Tahun 1400 akhir riwayat kerajaan Sriwijaya yang mengharukan sesudah berdiri tujuh
abad lamanya. Di Jawa Timur tahun 1300 muncul kerajaan majapahit yang
melebarkan sayap kekuasaannya dengan cepat dan mencapai puncak kemegahan pada
tahun 1365. Kerajaan Majapahittidak meliputi Kerajaan Pajajaran (+ 1300
- + 1500) diJawa barat dan Jawa Tengah bagian Selatan ditambah dengan
semenanjung Malaka dan dikurangi dengan Sulawesi Utara.
Berabad-abad lamanya kota Tuban adlah
pelabuhan yang terbesar di Jawa. Abad ke-15 muncullah kota Gresik dimana banyak
orang Tionghoa yang kaya. Kota ini menjadi gudang besar rempah-rempah yang
berasal dari Maluku. Kemudian perdagangan laut kota Surabaya dan Jepara menjadi
penting terutama ekspor beras. Tahun 1440 agama islam sudah sampai diTernate.
Sebelum tahun 1500 diMaluku sudah terdapat Negara islam kecil yang merdeka
yaitu Jailoo, Tidore, Ternate dan Bajan. Menurut De Graaf, jatuhnya kerajan
Majapahit tahun 1478 Masehi tidak disebabkan oleh Negara-negara islam didaerah
pesisir melainkan oleh kerajaan Hindu lain yaitu daha Kediriyang melepaskan
diri dari Majapahit. Menurut Vlekka, kemajuan perniagaan dalam abad ke-12 besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kerajaan Kediri menjadi Negara laut yang
utama.
Agama islam bisa tersebar ke India
dan Indonesia mengikuti jalannya perdagangan disebabkan propaganda para
saudagar. Menurut B. Schrieke, perang salib yang mendesak kembali agama islam
dari negeri-negeri Barat yang memperbaiki kembali perhubungan Eropa Barat
dengan Dunia Timur, dan menyebabkan ramainya perdagangan di Asia malah membantu
agama islam meluas kearah timur. Abad ke-12 – abad ke-15 perdagangan laut
Indonesia meluas sedang perhubungan perniagaan dengan Eropa Barat melalui jalan
perdagangan yeng kuno terselenggara kembali.